Di satu pasar tradisional ukuran sedang, pasti ada empat atau
lima pedagang kelapa yang sekaligus membuka jasa pemarutannya. Pada saat
senggang, sang pedagang akan iseng mengupas buah kelapa tersebut dari
tempurungnya. Kelapa yang telah terkupas akan didisplai di atas meja, sementara
tempurungnya dikumpulkan dalam keranjang atau karung plastik. Tempurung limbah
pasar ini sudah ada penampungnya.
Si penampung akan
membakar tempurung ini di lokasi dekat pasar atau tempat lain. Setelah
terbakar, bara tempurung segera disiram air. Arang basah ini kemudian dijemur
sampai kering baru kemudian dikemas. Kualitas arang tempurung limbah pasar ini
sangat rendah. Pertama, rendahnya kualitas arang disebabkan oleh cara
pengupasan kelapa. Di pasar, kelapa dikupas menggunakan kapak genggam kecil
hingga butir buah kelapanya utuh, tetapi tempurungnya hancur jadi serpih
kecil-kecil. Arang tempurung berupa serpih ini, kualitasnya rendah. Arang
tempurung kualitas baik, berasal dari kelapa yang dibelah dua baru dicungkil.
Hingga tempurungnya utuh berupa separuh belahan kelapa. Rendahnya kualitas
arang tempurung limbah pasar juga disebabkan oleh proses pembakarannya yang
salah. Proses pengarangan tidak boleh sampai menyala-nyala, cukup hanya
berasap.
Namun yang paling
membuat arang tempurung limbah pasar berkualitas jelek adalah faktor
penyiraman. Arang apa pun, termasuk tempurung, tabu untuk disiram air. Jadi
setelah proses pengarangan selesai, api harus dimatikan dan arang dibiarkan
dingin dengan sendirinya. Apabila dilakukan grading, arang tempurung limbah
pasar, gradenya D alias afkir.
Alat utama untuk membuat
arang tempurung adalah drum bertutup, yang bagian bawahnya diberi empat lubang
kecil untuk saluran udara. Alat bantunya karung goni atau kain tebal, batang
besi panjang bertangkai kayu sebagai pengaduk (perata) tempurung yang telah
terbakar dan pecahan batu bata, ubin atau genteng untuk ganjal drum. Alat bantu
proses pembuatan arang tempurung hanyalah minyak tanah sebagai starter
pembakaran. Drum-drum itu bisa ditempatkan di alam terbuka, misalnya di halamam
rumah, atau di sebuah bedeng tanpa dinding. Penempatan drum di alam terbuka
akan beresiko tersiram air hujan. Tanah yang ditempati drum haruslah tanah
biasa yang gembur atau tanah pasir. Bukan tanah berbatu-batu atau yang telah
dikeraskan dengan semen. Satu rumah tangga (KK) bisa mengoperasikan hanya satu
dua drum atau lebih dari 10 buah, tergantung ketersediaan bahan baku.
Bahan baku arang
kualitas baik adalah, tempurung kelapa dalam yang sudah tua (sabutnya sudah
kering). Tempurung tua ditandai dengan warna bagian luarnya yang cokelat tua
dan bagian dalamnya hitam mengkilat. Tempurung kelapa genjah (puyuh, gading)
dan hibrida kurang baik dijadikan arang karena terlalu tipis dan rapuh.
Tempurung yang berasal dari kelapa belum terlalu tua, yang ditandai dengan
warnanya yang masih keputih-putihan, tidak boleh disertakan. Kondisi tempurung
haruslah utuh. Bisa berupa belahan dua (separo kelapa) bisa belahan empat
(seperempat kelapa). Tempurung dengan ukuran lebih kecil atau yang telah
menjadi serpih, tetap bisa dimanfaatkan sebagai starter pembakaran. Bahan
tempurung yang akan dibakar dipersiapkan di dekat peralatan di lokasi
pembakaran. Setelah peralatan dan bahan siap, pembakaran pun dimulai.
Drum ditaruh di tenah
yang rata dengan diberi tiga ganjal pecahan batu bata, ubin atau genteng.
Serpih dan tempurung yang tidak utuh dimasukkan ke dasar drum sampai
rata, dengan ketebalan sekitar 10 cm. Kemudian minyak tanah disiramkan
lalu dibakar. Setelah tempurung menjadi bara, secara bertahap tempurung utuh
bahan arang dimasukkan satu per satu. Kunci keberhasilan pembuatan arang
tempurung adalah pada proses memasukkan tempurung. Kalau terlalu banyak
(terlalu cepat) memasukkannya, arangnya akan mentah. Sebaliknya kalau
memasukkannya terlalu sedikit (intervalnya lama), maka arang akan menjadi
terlalu matang (banyak yang hancur atau menjadi abu). Hingga pedomannya, begitu
lapisan tempurung itu sudah tampak mulai membara, segera ditambah dengan
tempurung baru. Besi pengaduk bertangkai kayu digunakan untuk meratakan
tempurung agar pembakaran merata di semua bagian drum.
Setelah drum penuh
tempurung, kita harus memperhatikan lapisan paling atas. Apabila lapisan itu
sudah mulai menghitam karena terbakar, drum harus segera ditutup. Mula-mula
tutup drum dipasang, kemudian karung goni atau kain ditaruh di pinggiran tutup
tersebut untuk mencegah panas lari keluar. Bersamaan dengan itu, tiga ganjal di
bawah drum juga diambil. Selanjutnya alas drum akan langsung berhubungan dengan
tanah, hingga praktis oksigen sulit untuk bersirkulasi. Karena tidak ada
oksigen, maka pembakaran tempurung dalam drum akan terhenti. Tetapi suhu
tempurung dan seluruh ruangan dalam drum itu akan tetap sangat panas. Tahap ini
juga sangat krusial. Sebab bisa saja drum itu bocor hingga oksigen lancar masuk
dan tahu-tahu seluruh isi drum menjadi abu. Tetapi bisa saja panasnya keburu
hilang hingga arang masih sangat mentah. Para perajin tempurung yang sudah
berpengalaman lama akan dengan mudah mendeteksi hal-hal demikian.
Drum berisi tempurung
panas ini harus didiamkan minimal 12 jam sampai dingin dan apinya mati.
Pembongkaran terlalu dini, menyebabkan arang yang masih panas itu akan segera
membara karena kembali bersentuhan dengan oksigen. Penyiraman arang panas
dengan air juga tidak diperbolehkan. Apabila stok tempurung cukup banyak, maka
drum pembakarnya pun juga harus banyak. Tidak bisa waktu pembakarannya
dipercepat guna mengejar target, atau arangnya disiram air biar tidak membara.
Kalau proses ini berlangsung dengan benar arang hasil bongkaran masih berupa
tempurung utuh yang melengkung-lengkung dan sebagian pecah. Warnanya hitam
mengkilat, sangat keras, sulit untuk dipatahkan (tidak rapuh). Aromanya khas
arang tempurung.
Seluruh arang hasil
bongkaran ini dihamparkan di tempat terbuka agar proses pendinginannya menjadi sempurna.
Masing-masing hamparan hanya berasal dari satu drum. Tidak boleh hasil
bongkaran dari masing-masing drum itu langsung dicampur, sebab ada kemungkinan
salah satu drum mengalami kegagalan. Bisa karena masih terlalu mentah, bisa
juga karena terlalu matang. Setelah dilakukan kontrol mutu dan seluruh arang
menjadi dingin, barulah hasil dari masing-masing drum itu bisa dicampur. Namun
penghamparan di tempat terbuka tetap masih harus dilakukan, agar arang
benar-benar dingin. Setelah beberapa hari dihamparkan sampai benar-benar
dingin, barulah arang tersebut disatukan dengan hasil pengarangan sebelumnya.
Proses pengapalan ke Jawa atau ke luar negeri, biasanya harus menunggu minimal
satu bulan setelah proses pengarangan. Sebab meskipun hanya satu butir arang
panas ikut tercampurkan, maka seluruh arang berikut kapalnya akan bisa terbakar
habis.
Arang tempurung ini bisa
dipasarkan langsung, bisa pula diolh lebih lanjut menjadi briket atau karbon
aktif. Briket diperoleh dari penghancuran arang tempurung, pemberian perekat
(biasanya tapioka) pencetakan dan pengepresan, pengeringan dengan oven dan
pengemasan. Yang dimaksud dengan karbon aktif adalah, arang tempurung yang
telah disosoh hingga bagian luar yang lebih lunak terkikis, dan tinggalah
bagian dalamnya yang sangat keras. Karbon aktif banyak diperlukan oleh industri
untuk filter maupun proses kimia. Negara Asia yang sudah memanfaatkan
agroindustri limbah kelapa barulah Srilanka. Baik industri sabutnya maupun
tempurung. Padahal bahan baku kelapanya, jelas negeri kita lebih kaya.
0 comments:
Post a Comment