About

Sunday, November 11, 2012

Produksi Arang Tempurung Kelapa - Peluang Ekspor


Di satu pasar tradisional ukuran sedang, pasti ada empat atau lima pedagang kelapa yang sekaligus membuka jasa pemarutannya. Pada saat senggang, sang pedagang akan iseng mengupas buah kelapa tersebut dari tempurungnya. Kelapa yang telah terkupas akan didisplai di atas meja, sementara tempurungnya dikumpulkan dalam keranjang atau karung plastik. Tempurung limbah pasar ini sudah ada penampungnya.
Si penampung akan membakar tempurung ini di lokasi dekat pasar atau tempat lain. Setelah terbakar, bara tempurung segera disiram air. Arang basah ini kemudian dijemur sampai kering baru kemudian dikemas. Kualitas arang tempurung limbah pasar ini sangat rendah. Pertama, rendahnya kualitas arang disebabkan oleh cara pengupasan kelapa. Di pasar, kelapa dikupas menggunakan kapak genggam kecil hingga butir buah kelapanya utuh, tetapi tempurungnya hancur jadi serpih kecil-kecil. Arang tempurung berupa serpih ini, kualitasnya rendah. Arang tempurung kualitas baik, berasal dari kelapa yang dibelah dua baru dicungkil. Hingga tempurungnya utuh berupa separuh belahan kelapa. Rendahnya kualitas arang tempurung limbah pasar juga disebabkan oleh proses pembakarannya yang salah. Proses pengarangan tidak boleh sampai menyala-nyala, cukup hanya berasap.
Namun yang paling membuat arang tempurung limbah pasar berkualitas jelek adalah faktor penyiraman. Arang apa pun, termasuk tempurung, tabu untuk disiram air. Jadi setelah proses pengarangan selesai, api harus dimatikan dan arang dibiarkan dingin dengan sendirinya. Apabila dilakukan grading, arang tempurung limbah pasar, gradenya D alias afkir.
Alat utama untuk membuat arang tempurung adalah drum bertutup, yang bagian bawahnya diberi empat lubang kecil untuk saluran udara. Alat bantunya karung goni atau kain tebal, batang besi panjang bertangkai kayu sebagai pengaduk (perata) tempurung yang telah terbakar dan pecahan batu bata, ubin atau genteng untuk ganjal drum. Alat bantu proses pembuatan arang tempurung hanyalah minyak tanah sebagai starter pembakaran. Drum-drum itu bisa ditempatkan di alam terbuka, misalnya di halamam rumah, atau di sebuah bedeng tanpa dinding. Penempatan drum di alam terbuka akan beresiko tersiram air hujan. Tanah yang ditempati drum haruslah tanah biasa yang gembur atau tanah pasir. Bukan tanah berbatu-batu atau yang telah dikeraskan dengan semen. Satu rumah tangga (KK) bisa mengoperasikan hanya satu dua drum atau lebih dari  10 buah, tergantung ketersediaan bahan baku.
Bahan baku arang kualitas baik adalah, tempurung kelapa dalam yang sudah tua (sabutnya sudah kering). Tempurung tua ditandai dengan warna bagian luarnya yang cokelat tua dan bagian dalamnya hitam mengkilat. Tempurung kelapa genjah (puyuh, gading) dan hibrida kurang baik dijadikan arang karena terlalu tipis dan rapuh. Tempurung yang berasal dari kelapa belum terlalu tua, yang ditandai dengan warnanya yang masih keputih-putihan, tidak boleh disertakan. Kondisi tempurung haruslah utuh. Bisa berupa belahan dua (separo kelapa) bisa belahan empat (seperempat kelapa). Tempurung dengan ukuran lebih kecil atau yang telah menjadi serpih, tetap bisa dimanfaatkan sebagai starter pembakaran. Bahan tempurung  yang akan dibakar dipersiapkan di dekat peralatan di lokasi pembakaran. Setelah peralatan dan bahan siap, pembakaran pun dimulai.
Drum ditaruh di tenah yang rata dengan diberi tiga ganjal pecahan batu bata, ubin atau genteng. Serpih dan tempurung yang tidak utuh dimasukkan ke dasar drum sampai rata,  dengan ketebalan sekitar 10 cm. Kemudian minyak tanah disiramkan lalu dibakar. Setelah tempurung menjadi bara, secara bertahap tempurung utuh bahan arang dimasukkan satu per satu. Kunci keberhasilan pembuatan arang tempurung adalah pada proses memasukkan tempurung. Kalau terlalu banyak (terlalu cepat) memasukkannya, arangnya akan mentah. Sebaliknya kalau memasukkannya terlalu sedikit (intervalnya lama), maka arang akan menjadi terlalu matang (banyak yang hancur atau menjadi abu). Hingga pedomannya, begitu lapisan tempurung itu sudah tampak mulai membara, segera ditambah dengan tempurung baru. Besi pengaduk bertangkai kayu digunakan untuk meratakan tempurung agar pembakaran merata di semua bagian drum.
Setelah drum penuh tempurung, kita harus memperhatikan lapisan paling atas. Apabila lapisan itu sudah mulai menghitam karena terbakar, drum harus segera ditutup. Mula-mula tutup drum dipasang, kemudian karung goni atau kain ditaruh di pinggiran tutup tersebut untuk mencegah panas lari keluar. Bersamaan dengan itu, tiga ganjal di bawah drum juga diambil. Selanjutnya alas drum akan langsung berhubungan dengan tanah, hingga praktis oksigen sulit untuk bersirkulasi. Karena tidak ada oksigen, maka pembakaran tempurung dalam drum akan terhenti. Tetapi suhu tempurung dan seluruh ruangan dalam drum itu akan tetap sangat panas. Tahap ini juga sangat krusial. Sebab bisa saja drum itu bocor hingga oksigen lancar masuk dan tahu-tahu seluruh isi drum menjadi abu. Tetapi bisa saja panasnya keburu hilang hingga arang masih sangat mentah. Para perajin tempurung yang sudah berpengalaman lama akan dengan mudah mendeteksi hal-hal demikian.
Drum berisi tempurung panas ini harus didiamkan minimal 12 jam sampai dingin dan apinya mati. Pembongkaran terlalu dini, menyebabkan arang yang masih panas itu akan segera membara karena kembali bersentuhan dengan oksigen. Penyiraman arang panas  dengan air juga tidak diperbolehkan. Apabila stok tempurung cukup banyak, maka drum pembakarnya pun juga harus banyak. Tidak bisa waktu pembakarannya dipercepat guna mengejar target, atau arangnya disiram air biar tidak membara. Kalau proses ini berlangsung dengan benar arang hasil bongkaran masih berupa tempurung utuh yang melengkung-lengkung dan sebagian pecah. Warnanya hitam mengkilat, sangat keras, sulit untuk dipatahkan (tidak rapuh). Aromanya khas arang tempurung.
Seluruh arang hasil bongkaran ini dihamparkan di tempat terbuka agar proses pendinginannya menjadi sempurna. Masing-masing hamparan hanya berasal dari satu drum. Tidak boleh hasil bongkaran dari masing-masing drum itu langsung dicampur, sebab ada kemungkinan salah satu drum mengalami kegagalan. Bisa karena masih terlalu mentah, bisa juga karena terlalu matang. Setelah dilakukan kontrol mutu dan seluruh arang menjadi dingin, barulah hasil dari masing-masing drum itu bisa dicampur. Namun penghamparan di tempat terbuka tetap masih harus dilakukan, agar arang benar-benar dingin. Setelah beberapa hari dihamparkan sampai benar-benar dingin, barulah arang tersebut disatukan dengan hasil pengarangan sebelumnya. Proses pengapalan ke Jawa atau ke luar negeri, biasanya harus menunggu minimal satu bulan setelah proses pengarangan. Sebab meskipun hanya satu butir arang panas ikut tercampurkan, maka seluruh arang berikut kapalnya akan bisa terbakar habis.
Arang tempurung ini bisa dipasarkan langsung, bisa pula diolh lebih lanjut menjadi briket atau karbon aktif. Briket diperoleh dari penghancuran arang tempurung, pemberian perekat (biasanya tapioka) pencetakan dan pengepresan, pengeringan dengan oven dan pengemasan. Yang dimaksud dengan karbon aktif adalah, arang tempurung yang telah disosoh hingga bagian luar yang lebih lunak terkikis, dan tinggalah bagian dalamnya yang sangat keras. Karbon aktif banyak diperlukan oleh industri untuk filter maupun proses kimia. Negara Asia yang sudah memanfaatkan agroindustri limbah kelapa barulah Srilanka. Baik industri sabutnya maupun tempurung. Padahal bahan baku kelapanya, jelas negeri kita lebih kaya. 

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More