BRIKET
Briket arang adalah bahan bakar alternatif terbuat dari bahan baku tempurung kelapa dan bahan kayu lainnya yang telah diolah menjadi briket dan diharapkan menjadi bahan bakar alternatif pilihan yang dibutuhkan masyarakat saat ini.Sunday, December 16, 2012
Wednesday, November 14, 2012
Briket
Briket Arang
Briket arang adalah bahan bakar alternatif terbuat dari bahan baku tempurung kelapa dan bahan kayu lainnya yang telah diolah menjadi briket dan diharapkan menjadi bahan bakar alternatif pilihan yang dibutuhkan masyarakat saat ini.
Manfaat Briket Arang
- Hemat dan Ekonomis - Aman dan Ramah Lingkungan
- Tahan Lama
- Cocok untuk usaha kuliner, restoran dan warung makan lainnya
Keunggulan Briket Arang
- Tidak Berasap - Tidak Berbau
- Tidak mencemari udara
- Panas yang tinggi dan continou, baik untuk pembakaran yang lama
- Tidak beresiko meledak ataupun terbakar seperti minyak tanah dan gas elpiji
- Sumber briket arang yang berlimpah
- Ramah lingkungan
Penggunaan
BBQ - Ayam - Steak - Ikan Bakar - Siomay - Tongseng - Serabi - Nasi Goreng - Nasi Gundul - Jagung Bakar - Kambing Guling - Bakso - Bakmi Jawa - Nasi Bakar
Hasil Uji Lab oleh Departemen Kehutanan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH)
Satuan | Hasil |
Kadar Air | 6.49% |
Zat Terbang | 26.37% |
Kadar Abu | 24.13% |
Fix Carbon | 49.50 |
N Kalor | 4890 Kal/Gram |
Sunday, November 11, 2012
Potensi Arang Tempurung Kelapa
Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil kelapa yang utama di dunia.
Luas areal
tanaman kelapa pada tahun 2000 mencapai 3,76 juta ha, dengan total produksi diperkirakan
sebanyak 14 milyar butir kelapa yang sebagian besar (95 %) merupakan perkebunan
rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek
ekonomi maupun sosial budaya.
Pemanfaatan buah kelapa umumnya hanya daging buahnya saja untuk dijadikan
kopra, minyak dan santan untuk keperluan rumah tangga, sedangkan hasil
sampingan lainnya seperti tempurung kelapa belum begitu banyak dimanfaatkan.
Bobot tempurung mencapai 12% dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila
secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton,
maka berarti terdapat sekitar 672 ribu ton tempurung yang ihasilkan. Potensi
produksi tempurung yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk
kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya. Salah satu produk
yang dibuat dari tempurung kelapa adalah pembuatan arang tempurung yang pada
proses selanjutnya akan dapat diolah menjadi arang aktif. Jadi arang tempurung
merupakan bahan baku untuk industri arang aktif. Pembuatan arang tempurung ini
belum banyak yang melakukannya, padahal potensi bahan baku, penggunaan dan
potensi pasar cukup besar. Dari aspek teknologi, pengolahan arang tempurung
kelapa relatif masih sederhana dan dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Keterbatasan
modal, akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta kualitas
serat yang belum memenuhi persyaratan merupakan kendala dan masalah dalam
pengembangan usaha indusiri pengolahan tempurung kelapa.
PRODUKSI
Tempurung kelapa yang dikumpulkan dari pasar/petani kelapa diletakkan berlapis-lapis mulai
dari dasar tanur. Lapisan pertama pada dasar tersebut disiram minyak tanah dan dibakar sehingga menyala dan kemudian diatas nyala tersebut ditumpukkan lagi tempurung kelapa sehingga tanur tersebut penuh dan dibiarkan selama tujuh jam. Setelah tujuh jam hampir seluruh tempurung terbakar, tanur kemudian ditutup sehingga kedap udara selama 12 jam saat proses pengaranganberlangsung. Keesokan paginya tutup tanur dibuka, kemudian arang dibongkar dari tanur dan dimasukkan ke dalam karung plastik dan dikirim ke pabrik arang aktif. Rendemen arang tempurung kelapa adalah 40 persen dari tempurung kelapa.
PRODUKSI
Tempurung kelapa yang dikumpulkan dari pasar/petani kelapa diletakkan berlapis-lapis mulai
dari dasar tanur. Lapisan pertama pada dasar tersebut disiram minyak tanah dan dibakar sehingga menyala dan kemudian diatas nyala tersebut ditumpukkan lagi tempurung kelapa sehingga tanur tersebut penuh dan dibiarkan selama tujuh jam. Setelah tujuh jam hampir seluruh tempurung terbakar, tanur kemudian ditutup sehingga kedap udara selama 12 jam saat proses pengaranganberlangsung. Keesokan paginya tutup tanur dibuka, kemudian arang dibongkar dari tanur dan dimasukkan ke dalam karung plastik dan dikirim ke pabrik arang aktif. Rendemen arang tempurung kelapa adalah 40 persen dari tempurung kelapa.
Produksi Arang Tempurung Kelapa - Peluang Ekspor
Di satu pasar tradisional ukuran sedang, pasti ada empat atau
lima pedagang kelapa yang sekaligus membuka jasa pemarutannya. Pada saat
senggang, sang pedagang akan iseng mengupas buah kelapa tersebut dari
tempurungnya. Kelapa yang telah terkupas akan didisplai di atas meja, sementara
tempurungnya dikumpulkan dalam keranjang atau karung plastik. Tempurung limbah
pasar ini sudah ada penampungnya.
Si penampung akan
membakar tempurung ini di lokasi dekat pasar atau tempat lain. Setelah
terbakar, bara tempurung segera disiram air. Arang basah ini kemudian dijemur
sampai kering baru kemudian dikemas. Kualitas arang tempurung limbah pasar ini
sangat rendah. Pertama, rendahnya kualitas arang disebabkan oleh cara
pengupasan kelapa. Di pasar, kelapa dikupas menggunakan kapak genggam kecil
hingga butir buah kelapanya utuh, tetapi tempurungnya hancur jadi serpih
kecil-kecil. Arang tempurung berupa serpih ini, kualitasnya rendah. Arang
tempurung kualitas baik, berasal dari kelapa yang dibelah dua baru dicungkil.
Hingga tempurungnya utuh berupa separuh belahan kelapa. Rendahnya kualitas
arang tempurung limbah pasar juga disebabkan oleh proses pembakarannya yang
salah. Proses pengarangan tidak boleh sampai menyala-nyala, cukup hanya
berasap.
Namun yang paling
membuat arang tempurung limbah pasar berkualitas jelek adalah faktor
penyiraman. Arang apa pun, termasuk tempurung, tabu untuk disiram air. Jadi
setelah proses pengarangan selesai, api harus dimatikan dan arang dibiarkan
dingin dengan sendirinya. Apabila dilakukan grading, arang tempurung limbah
pasar, gradenya D alias afkir.
Alat utama untuk membuat
arang tempurung adalah drum bertutup, yang bagian bawahnya diberi empat lubang
kecil untuk saluran udara. Alat bantunya karung goni atau kain tebal, batang
besi panjang bertangkai kayu sebagai pengaduk (perata) tempurung yang telah
terbakar dan pecahan batu bata, ubin atau genteng untuk ganjal drum. Alat bantu
proses pembuatan arang tempurung hanyalah minyak tanah sebagai starter
pembakaran. Drum-drum itu bisa ditempatkan di alam terbuka, misalnya di halamam
rumah, atau di sebuah bedeng tanpa dinding. Penempatan drum di alam terbuka
akan beresiko tersiram air hujan. Tanah yang ditempati drum haruslah tanah
biasa yang gembur atau tanah pasir. Bukan tanah berbatu-batu atau yang telah
dikeraskan dengan semen. Satu rumah tangga (KK) bisa mengoperasikan hanya satu
dua drum atau lebih dari 10 buah, tergantung ketersediaan bahan baku.
Bahan baku arang
kualitas baik adalah, tempurung kelapa dalam yang sudah tua (sabutnya sudah
kering). Tempurung tua ditandai dengan warna bagian luarnya yang cokelat tua
dan bagian dalamnya hitam mengkilat. Tempurung kelapa genjah (puyuh, gading)
dan hibrida kurang baik dijadikan arang karena terlalu tipis dan rapuh.
Tempurung yang berasal dari kelapa belum terlalu tua, yang ditandai dengan
warnanya yang masih keputih-putihan, tidak boleh disertakan. Kondisi tempurung
haruslah utuh. Bisa berupa belahan dua (separo kelapa) bisa belahan empat
(seperempat kelapa). Tempurung dengan ukuran lebih kecil atau yang telah
menjadi serpih, tetap bisa dimanfaatkan sebagai starter pembakaran. Bahan
tempurung yang akan dibakar dipersiapkan di dekat peralatan di lokasi
pembakaran. Setelah peralatan dan bahan siap, pembakaran pun dimulai.
Drum ditaruh di tenah
yang rata dengan diberi tiga ganjal pecahan batu bata, ubin atau genteng.
Serpih dan tempurung yang tidak utuh dimasukkan ke dasar drum sampai
rata, dengan ketebalan sekitar 10 cm. Kemudian minyak tanah disiramkan
lalu dibakar. Setelah tempurung menjadi bara, secara bertahap tempurung utuh
bahan arang dimasukkan satu per satu. Kunci keberhasilan pembuatan arang
tempurung adalah pada proses memasukkan tempurung. Kalau terlalu banyak
(terlalu cepat) memasukkannya, arangnya akan mentah. Sebaliknya kalau
memasukkannya terlalu sedikit (intervalnya lama), maka arang akan menjadi
terlalu matang (banyak yang hancur atau menjadi abu). Hingga pedomannya, begitu
lapisan tempurung itu sudah tampak mulai membara, segera ditambah dengan
tempurung baru. Besi pengaduk bertangkai kayu digunakan untuk meratakan
tempurung agar pembakaran merata di semua bagian drum.
Setelah drum penuh
tempurung, kita harus memperhatikan lapisan paling atas. Apabila lapisan itu
sudah mulai menghitam karena terbakar, drum harus segera ditutup. Mula-mula
tutup drum dipasang, kemudian karung goni atau kain ditaruh di pinggiran tutup
tersebut untuk mencegah panas lari keluar. Bersamaan dengan itu, tiga ganjal di
bawah drum juga diambil. Selanjutnya alas drum akan langsung berhubungan dengan
tanah, hingga praktis oksigen sulit untuk bersirkulasi. Karena tidak ada
oksigen, maka pembakaran tempurung dalam drum akan terhenti. Tetapi suhu
tempurung dan seluruh ruangan dalam drum itu akan tetap sangat panas. Tahap ini
juga sangat krusial. Sebab bisa saja drum itu bocor hingga oksigen lancar masuk
dan tahu-tahu seluruh isi drum menjadi abu. Tetapi bisa saja panasnya keburu
hilang hingga arang masih sangat mentah. Para perajin tempurung yang sudah
berpengalaman lama akan dengan mudah mendeteksi hal-hal demikian.
Drum berisi tempurung
panas ini harus didiamkan minimal 12 jam sampai dingin dan apinya mati.
Pembongkaran terlalu dini, menyebabkan arang yang masih panas itu akan segera
membara karena kembali bersentuhan dengan oksigen. Penyiraman arang panas
dengan air juga tidak diperbolehkan. Apabila stok tempurung cukup banyak, maka
drum pembakarnya pun juga harus banyak. Tidak bisa waktu pembakarannya
dipercepat guna mengejar target, atau arangnya disiram air biar tidak membara.
Kalau proses ini berlangsung dengan benar arang hasil bongkaran masih berupa
tempurung utuh yang melengkung-lengkung dan sebagian pecah. Warnanya hitam
mengkilat, sangat keras, sulit untuk dipatahkan (tidak rapuh). Aromanya khas
arang tempurung.
Seluruh arang hasil
bongkaran ini dihamparkan di tempat terbuka agar proses pendinginannya menjadi sempurna.
Masing-masing hamparan hanya berasal dari satu drum. Tidak boleh hasil
bongkaran dari masing-masing drum itu langsung dicampur, sebab ada kemungkinan
salah satu drum mengalami kegagalan. Bisa karena masih terlalu mentah, bisa
juga karena terlalu matang. Setelah dilakukan kontrol mutu dan seluruh arang
menjadi dingin, barulah hasil dari masing-masing drum itu bisa dicampur. Namun
penghamparan di tempat terbuka tetap masih harus dilakukan, agar arang
benar-benar dingin. Setelah beberapa hari dihamparkan sampai benar-benar
dingin, barulah arang tersebut disatukan dengan hasil pengarangan sebelumnya.
Proses pengapalan ke Jawa atau ke luar negeri, biasanya harus menunggu minimal
satu bulan setelah proses pengarangan. Sebab meskipun hanya satu butir arang
panas ikut tercampurkan, maka seluruh arang berikut kapalnya akan bisa terbakar
habis.
Arang tempurung ini bisa
dipasarkan langsung, bisa pula diolh lebih lanjut menjadi briket atau karbon
aktif. Briket diperoleh dari penghancuran arang tempurung, pemberian perekat
(biasanya tapioka) pencetakan dan pengepresan, pengeringan dengan oven dan
pengemasan. Yang dimaksud dengan karbon aktif adalah, arang tempurung yang
telah disosoh hingga bagian luar yang lebih lunak terkikis, dan tinggalah
bagian dalamnya yang sangat keras. Karbon aktif banyak diperlukan oleh industri
untuk filter maupun proses kimia. Negara Asia yang sudah memanfaatkan
agroindustri limbah kelapa barulah Srilanka. Baik industri sabutnya maupun
tempurung. Padahal bahan baku kelapanya, jelas negeri kita lebih kaya.
Monday, August 6, 2012
About PT. SIP
Shell Charcoal is an important product obtained from coconut shell. Shell charcoal is used widely as domestic and industrial fuel. It is also used by blacksmiths and goldsmiths and in laundries. Shell Charcoal is also used to produce activated carbon. Activated Carbon produced from coconut shell has certain specific advantages as the raw material can adsorb certain molecular species. Shell is carbonized by using methods like pit method, drum method, destructive distillation etc.
The shell charcoal is the raw material required for the manufacture of activated carbon. The shell charcoal is manufactured by burning shells of fully matured nuts in limited supply of air sufficient only for carbonisation, but not for complete destruction. The output of charcoal in the traditional pith method is just below 30 per cent of the weight of the original shells. In India the average output in the traditional method has been found to be 35kg of charcoal from 1000 whole shells or about 30,000 whole shells yield 1 tonne of charcoal. Sometimes, especially when the processing is defective, the output is still lower and nearly 50,000 shells are required to produce one tonne of charcoal. To obtain good quality charcoal, fully dried, clean, mature shells should be used. Now several modern methods are in vogue for the production of charcoal.
In the modern waste heat recovery unit the heat generated by the burning of coconut shells is used for drying copra and shell charcoal is obtained as by-product. A simple and efficient method adopted for the production of charcoal on cottage scale is given below.
PT. Sejahtera Inticarbon Persada, established in 1970 located in North Sulawesi - Indonesia, is one of Indonesian’s largest suppliers of coconut shell charcoal to China, Korea and Japan. We supply and ship coconut shell charcoal to your specifications with confidence.
North Sulawesi exhibits picturesque landscapes blending in harmoniously together with thousands of hectares of coconut palm tree plantations. The region is blessed with fertile volcanic soil and a flourishing flora and fauna. It's here where we cultivate our natural resources and process coconut shell charcoal. Our raw materials are carefully selected and processed under strict quality control.
In order to exceed export demands we develop machinery capable of enhancing quality requirements and capacity. The company's modern production facility is capable to produce charcoal in various mesh sizes; 24, 36, 48, 6 X 12, 6 X 20, 12 X 30, etc., assorted to the application requirements the product is further processed in. Our charcoal is predominantly used in the production of activated carbon which is a highly effective natural adsorbent of liquid and gas phase toxins. Due to the extensive internal pore structure of activated carbon processed from coconut shell charcoal, it is an ideal natural source for catalytic and contaminant filtration systems. We produces environment friendly products which are ecologically sustainable as coconut trees are not cut down for the raw material.